Sulawesi | Brasnews.net
Lihatlah padi, semakin berisi maka semakin merunduk, mungkin istilah ini merupakan nasehat yang sering disampaikan orangtua kita. Selasa (30/04/2024).
Hal ini bermakna jika tidak sepantasnya manusia bersikap sombong terhadap sesama, atas ilmu yang mereka miliki. Selalu ingat jika diatas langit masih ada langit.
Makna dari filosofi padi ini bisa tentu bisa kita sepakati bersama, sebagai manusia kita tentu tidak boleh berjalan dengan congkak seakan semua orang akan tak lebih diri dari kita.
Akan tetapi, apakah hal ini membuat kita mengharuskan orang-orang yang cerdas untuk merundukkan dirinya ? Jika banyak orang yang berilmu tapi mereka memilih untuk diam dan tunduk sepertinya itu tidaklah bijak.
Mereka yang memiliki ilmu dan berpengalaman seharusnya menjadi sosok yang lantang bersuara, membagikan ilmunya kepada sesama manusia, atau mulai membuat penemuan yang akan mengubah peradaban.
Tahukah jika ternyata Indonesia termasuk negara yang cukup lambat dalam memproduksi intelektual dalam bentuk publikasi ilmiah dibanding negara lain yang ada diasean ? Tentu ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini, namun yang paling berpengaruh adalah fundamental seseorang.
Banyak kalangan pelajar yang hanya mengincar gelar tanpa mendalami apa yang mereka pelajari, sehingga mereka malas untuk belajar dan mengerjakan karya.
Apakah filosofi padi yang selama ini sering dinasehatkan oleh para orang-orang tua?
Untuk menjawab pertanyaan itu kita perlu tahu sejarahnya terlebih dahulu, selama ini padi menjadi akar kebudayaan manusia. Padi diolah menjadi nasi, kemudian nasi menjadi sumber makanan pokok manusia.
Dengan mengonsumsi nasi, seseorang akan menjadi lebih bertenaga dan produksi untuk bekerja sekaligus beraktifitas setiap hari. Sejak sistem pertanian padi mulai dikenal manusia, maka peningkatan kegiatan produksi berkembang semakin pesat. Sehingga muncullah transaksi jual-beli antara petani dan mereka yang membutuhkan.
Seiring berjalannya waktu kebutuhan manusia pun kini semakin beragam, seperti sandang dan pangan. Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan jika kehidupan ini terus bergerak. Padi sebagai sumber makanan pokok seakan menjadi kenis cayaan hidup bagi peradaban. Diri bulir padi orang-orang kemudian memiliki propesi petani dan melakukan transaksi untuk menciptakan ekonomi yang stabil.
Namun bagaimana memaknai filosofi padi agar tetap rendah hati namun sukses kedepannya ? Padi seakan menjadi sebuah objek yang sakral dimasyarakat, hal ini karena padi menjadi bahan pokok yang penting.
Diera modern saat ini perkembangan teknogi dan ilmu pengetahuan berjalan dengan cepat. Dengan banyaknya penemuan dan industri terkadang muncul persaingan antara satu sama lain. Sikap terus merunduk dalam arti yang sebenarnya adalah mengalah, tidak bisa diterapkan jika ingin bersaing dengan ilmuan atau penggiat kreatif lainnya.
Saat ini kita perlu menunjukkan kompetensi yang dimiliki. Akan tetapi saat kita sudah memiliki kompetensi dan ilmu pengetahuan gunakanlah sebaik-baiknya, pastikan apa yang kita tekuni bermanfaat bagi orang lain. Kita memang tak harus terus merunduk, namun kita bertindak sesuai dengan persinya masing-masing. Jangan terlalu sombong atau merasa benar-benar mengetahui sesuatu.
Memahami filosofi ilmu padi terkadang butuh kehati-hatian agar tak menimbulkan pemaknaan yang keliru. Untuk itu perlu adanya lembaga pendidikan yang mampu mereprentasikan filosofi ilmu namun tetap disesuaikan dengan kondisi zaman. Sehingga sebagai orang tua kita perlu mengajarkan anak untuk menjadi sosok yang berilmu dan bisa beradaptasi dengan zaman, namun masih mempertahankan nilai-nilai kehidupan yang luhur seperti apa yang digambar pada filosofi padi.
Wallahu a’a’lam.
(A. Tafsir SIJAYA).