Bitung, Sulut –Brasnews.net, Bagian Ke-Tiga. Minggu (13/10/24)
# Penjelasan Nabi Bahwa Diakhir Dzaman (Sesudah Wafatnya Rosul Muhammad) Tersisa Satu Bentuk Wahyu
Hadits :
عَنْ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدْ انْقَطَعَتْ فَلَا رَسُولَ بَعْدِي وَلَا نَبِيَّ قَالَ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ لَكِنْ الْمُبَشِّرَاتُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْمُبَشِّرَاتُ قَالَ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ وَهِيَ جُزْءٌ مِنْ أَجْزَاءِ النُّبُوَّةِ
Artinya :
“Rasulullah S.A.W. bersabda : sesungguhnya risalah dan kenabian telah terhenti. Tidak ada Rasul sesudahku. tiada tinggal dari nubuwah (kenabian) kecuali : Al Mubasysyirah. Sahabat bertanya : Apakah Al Mubassyirah itu ? Jawab Nabi : mimpi orang Muslim dan mimpi (ru’ya) seorang muslim itu sebagian dari bagian-bagian dari nubuwah (kenabian), (Riwayat Tirmidzi 2198 dari anas)
Hadits :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّتَارَةَ وَالنَّاسُ صُفُوفٌ خَلْفَ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَاتِ النُّبُوَّةِ إِلَّا الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ
Artinya :
Dari Ibnu Abbas, dia berkata Rasulullah menyingkap tirai dan orang-orang berbaris di belakang Abu Bakar, kemudian beliau bersabda : “Wahai manusia, sesungguhnya tidak tertinggal dari Mubasyiratin Nubuwah kecuali ru’ya assholihah (mimpi yang baik), dimana seorang muslim melihatnya atau ditunjukkan kepadanya. (Nasaa’i : 1035, Abu Dawud : 742, Ibnu Majah : 3889, Ahmad : 1801, Ad Darimi : 1201)
Hadits :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن الرسول والنبوة (النبوة) قد تحطمت ، فلم يعد هناك رسول ورائي ، ولا يوجد نبيون جيدون ، أي أحلام الرجال المسلمين ، وهو (مباشر) من أجزاء من النبوة.
Artinya :
“Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Kerasulan dan Kenabian (Nubuwah) itu telah putus, maka tidak ada Rasul sesudah aku dan tidak ada Nabi, tapi ada pemberi-pemberi berita gembira, yaitu mimpi orang laki-laki muslim, dan ia (Mubasyiroh) adalah satu bagian dari bagian-bagian nubuwah (kenabian). (Shohih Riwayat Ahmad, Tirmidzi dan Hakim dari Anas, Al Jami’us Shaghier 5, hal. 574)
Hadits :
رُّؤْيَا المؤمِنُُ جُزْءٌ مِنْ أَرَْبْعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ, وَهِيَ عَلَى رِجْلِ طََائِرٍ مَا لَمْ يَحَدَّثْ بِهَا فَإِذَ تُحُدِثَ بِهَا سَقَطَطْ وَلَا تُحَدِّثْ بِهَا اِلاََ لَبِيْبًا اَوْ حَبِيْبًا
Artinya :
“Mimpi (ru’ya) orang mukmin adalah satu dari 40 bagian dari nubuwah (kenabian) dan ia diatas kaki burung selama belum diberitahukannya, apabila ia telah diberitahukan maka jatuhlah ia (karena itu) jangan memberitahukannya, selain kepada orang pintar atau orang yang dicintai oleh umat”. (Shohih, riwayat Tirmidzi dari Abu Haziin, Al-Jami’us Shaghier 3 halaman 112).
Hadits :
حلم المؤمن هو واحد من ستة وأربعون جزءًا من النبوة (النبوة)
Artinya :
Mimpi orang mukmin adalah satu dari empat puluh enam bagian dari nubuwah (kenabian) (Shohih, riwayat Ahmat, Bukhari dan Muslim dari Anas, riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi dari ‘Ubadah bin shamit, dan riwayat Ahmat, Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Al Jami’us Shagier 2, hal 111)
Hadits :
Artinya :
“Rasulullah S.A.W. bersabda : tiada tinggal dari nubuwah (kenabian) kecuali : Al Mubasysyirah. Sahabat bertanya : Apakah Al Mubassyirah (al mubasyiratu) itu? Jawab Nabi : ru’yatu assholihah (Mimpi yang baik). Apabila telah hampir hari kiamat ,maka mimpi orang Mu”min hampir tidak pernah dusta ,dan mimpi seorang mu”min itu sebagian dari 1/46 (seperempat puluh enam) bagian dari nubuwah (kenabian), pada satu riwayat sebetul kamu mimpi sebetul kamu cerita”. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah r.a.)
Hadits :
عَنْ مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ تَكْذِبُ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ وَرُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ وَمَا كَانَ مِنْ النُّبُوَّةِ فَإِنَّهُ لَا يَكْذِبُ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَقُولُ هَذِهِ قَالَ وَكَانَ يُقَالُ الرُّؤْيَا ثَلَاثٌ حَدِيثُ النَّفْسِ وَتَخْوِيفُ الشَّيْطَانِ وَبُشْرَى مِنْ اللَّهِ فَمَنْ رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلَا يَقُصَّهُ عَلَى أَحَدٍ وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ قَالَ وَكَانَ يُكْرَهُ الْغُلُّ فِي النَّوْمِ وَكَانَ يُعْجِبُهُمْ الْقَيْدُ وَيُقَالُ الْقَيْدُ ثَبَاتٌ فِي الدِّينِ
Artinya :
Dari Muhammad bin Sirin, sesungguhnya dia mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda : “Jika zaman yang dekat hampir-hampir mimpi seorang mukmin itu (dianggap dusta) dan ru’ya (mimpi) seorang mukmin adalah bagian dari 46 bagian nubuwah (kenabian), dan sesungguhnya bagian Kenabian itu bukanlah dusta, Muhammad bin Sirin berkata : “Dan beliau mengatakan, Mimpi ada tiga : Percakapan jiwa, dan setan yang menakut-nakuti dan kabar gembira dari Allah. Maka barangsiapa bermimpi sesuatu yang dia benci janganlah menceritakannya pada seseorang dan hendaklah berdiri lalu shalat, -Ibnu Sirin berkata-, Abu Hurairah berkata, “Dan beliau membenci Al Ghulu (mimpi tangan yang terikat di leher) ketika tidur dan di herankan dengan tali dan dikatakan tali berarti ketetapan dalam agama. (Bukhari : 6499 Kitab At Ta’bir)
Hadits :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
Artinya :
Dari Abu Sa’id Al Khudri, sesungguhnya dia mendengar Rasulullah saw, bersabda : “Ru’ya Ash Shalihah (mimpi yang baik) adalah bagian dari 46 nubuwah (kenabian). (Ibnu Majah : 3883)
Hadits :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَهُمْ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا قَالَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يُبَشَّرُهَا الْمُؤْمِنُ هِيَ جُزْءٌ مِنْ تِسْعَةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ فَمَنْ رَأَى ذَلِكَ فَلْيُخْبِرْ بِهَا وَمَنْ رَأَى سِوَى ذَلِكَ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ لِيُحْزِنَهُ فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا وَلْيَسْكُتْ وَلَا يُخْبِرْ بِهَا أَحَدًا
Artinya :
Dari Abdullah bin amr dari Nabi SAW bersabda menjelaskan ayat (yunus [10]:64). Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia …” bersabda: ruya shalihah (mimpi yang baik) adalah satu bagian dari 49 nubuwah (kenabian), maka barang siapa yang bermimpi hal itu maka hendaklah memberitahukan, dan barang siapa yang bermimpi selain itu maka hal itu dari setan untuk menakut nakutinya, maka hendaklah ia meludah ke kirinya tiga kali dan diamlah, jangan memberitahukannya. (Ahmad : 6747 musnad mukasiriin minas shahabah )
Hadits :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن حلم المسلم المتدين هو نبأ طيب من الله ، وهو واحد من خمسين جزءًا من النبوة.
Artinya :
“Rasulullah SAW bersabda : Mimpi orang Islam yang shaleh adalah kabar gembira dari Allah, dan ia adalah satu dari lima puluh bagian dari nubuwah (kenabian). (Shahih Riwayat Hakim dan Thabraani dari Abbas bin Abdul Muthallib, Al Jami’us Shagier 2, hal. 112)
Hadits :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
Artinya :
Dari Ibnu umar dia berkata : “Rasulullah bersabda: “Ru’ya asshalihah (Mimpi yang baik ) adalah satu bagian dari 70 nubuwah (kenabian)” (Muslim: 4205, Ibnu Majah : 3887, Ahmad : 2744,)
Hadits :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
Artinya :
Dari ibnu umar dia berkata : “Rasulullah bersabda: “Ru’ya asshalihah (Mimpi yang baik ) adalah satu bagian dari 70 nubuwah (kenabian) (Al-Jami’us Shaghier 3, hal. 112).
Dua belas hadits tersebut diatas menjelaskan bahwa wahyu diakhir zaman (sesudah wafatnya Rasulullah Muhammad) tersisa satu macam atau satu bagian wahyu yaitu ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh atau mubasyiroh yaitu mimpi-mimpi yang baik. Perhatikan kalimat pada hadits pertama “tiada tinggal dari kenabian kecuali : Al Mubasysyirah”, pada hadits kedua perhatikan kalimat “tidak tertinggal dari Mubasyiratin Nubuwah kecuali ru’ya assholihah (mimpi yang baik)”, pada hadits ketiga perhatikan kalimat “dan ia (Mubasyiroh) adalah satu bagian dari bagian-bagian kenabian (Nubuwah)”, pada hadits keempat perhatikan kalimat “Ru’ya (mimpi) orang mukmin adalah satu dari 40 bagian nubuwah (kenabian)”, pada hadits kelima perhatikan kalimat “Mimpi orang mukmin adalah satu dari empat puluh enam bagian dari nubuwah (kenabian)”, pada hadits keenam perhatikan kalimat “tiada tinggal dari nubuwah (kenabian) kecuali : Al Mubasysyirah”, pada hadits ketujuh perhatikan kalimat “dan ru’ya (mimpi) seorang mukmin adalah bagian dari 46 bagian nubuwah (kenabian)”, pada hadits kedelapan perhatikan kalimat “Ru’ya Ash Shalihah (mimpi yang baik) adalah bagian dari 46 nubuwah (kenabian)”, pada hadits kesembilan perhatikan kalimat “ruya shalihah (mimpi yang baik) adalah satu bagian dari 49 nubuwah (kenabian)”, pada hadits kesepuluh perhatikan “,dan ia adalah satu dari lima puluh bagian dari nubuwah (kenabian)”, pada hadits kesebelas perhatikan kalimat “Ru’ya asshalihah (Mimpi yang baik ) adalah satu bagian dari 70 nubuwah (kenabian)”, pada hadits terakhir perhatikan kalimat “Ru’ya asshalihah (Mimpi yang baik ) adalah satu bagian dari 70 nubuwah (kenabian) ”.
Setelah memperhatikan dan mencermati makna seluruh hadits tersebut diatas, yang pertama perlu dijelaskan arti kata nubuah atau kenabian. Yang dimaksud nubuwwah adalah seluruh kemampuan kenabian yaitu seluruh kemampuan yang dimiliki para Nabi melebihi manusia pada umumnya.
Nubuwwah atau kemampuan yang dimiliki para Nabi diantaranya bahwa Nabi dapat menerima wahyu dari sisi Tuhannya, juga nubuwwah atau nubuwatan atau kemampuan kenabian bahwa para Nabi memiliki kitab atau suhuf, selanjutnya nubuwwah atau nubuwatan yaitu kemampuan kenabian bahwa para Nabi memiliki mu’jizat, nubuwwah atau nubuwatan yang lain bahwa para Nabi memiliki umat.
Selanjutnya Rasulullah Muhammad menjelaskan bahwa, jumlah nubuwwah atau nubuwatan yaitu kemampuan kenabian berjumlah 40 bagian, ada pula hadits yang menjelaskan jumlah nubuwwah atau nubuwatan yaitu kemampuan kenabian ada 46, dan juga ada hadits Nabi yang menjelaskan jumlah nubuwwah atau nubuwatan yaitu kemampuan kenabian ada 49, dan ada pula hadits yang menyebutkan bahwa nubuwwah atau nubuwatan yaitu kemampuan kenabian berjumlah 70 bagian.
Tetapi hadits yang terkuat dan shohih yang benar-benar dapat dijadikan pedoman bahwa nubuwwah atau nubuwatan yaitu kemampuan kenabian ada 46 bagian.
Dan selanjutnya Nabi Muhammad menjelaskan seluruh bagian nubuwatan atau kemampuan kenabian sesudah beliau wafat tidak tersisa atau tidak diturunkan lagi. Artinya sesudah Rasulullah Muhammad wafat, seluruh bagian kenabian tidak mungkin lagi didapat oleh manusia kecuali satu bagian nubuwatan atau kemampuan kenabian yang tersisa dan bisa didapat oleh manusia yaitu wahyu mimpi yang disebut mubasyiroh atau ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh. Perhatikan kalimat pada seluruh hadits tersebut diatas terutama pada kalimat “tiada tinggal dari nubuwwah (kenabian) kecuali : Al Mubasysyirah”.
Untuk mencapai pemahaman yang hakiki tentang wahyu yang bernama mubasyiroh atau ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh, bahwa bila mubasyiroh atau ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh, diberi arti mimpi yang baik, hal tersebut tidak terlalu benar atau kurang tepat. Karena kelaziman, makna mimpi, adalah penglihatan seseorang didalam tidur, adapun pengalaman narasumber bahwa mubasyiroh atau ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh, dapat diterima tatkala sedang berdzikir atau sedang dalam keadaan jaga (tidak tidur), baik duduk, berjalan atau berbaring atau dalam posisi yang lain.
Tetapi yang perlu dijelaskan, tatkala mubasyiroh atau ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh, diturunkan oleh Allah, seluruh penglihatan dimensi bumi menjadi musnah dan penerima mubasyiroh atau ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh, masuk dalam dimensi penglihatan ghaib walaupun pelaku tidak dalam keadaan tidur.
Maka untuk mengartikan mubasyiroh atau ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh, sebaiknya digunakan kalimat penglihatan ghaib.
Setelah mengikuti dan mencermati seluruh ulasan diatas, maka kesimpulan akhir bahwa wahyu diakhir zaman yaitu sesudah wafatnya Rasulullah Muhammad, tersisa satu macam atau satu bagian wahyu yaitu penglihatan ghaib atau mimpi yang benar yang disebut oleh Nabi dengan sebutan mubasyiroh atau ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh
# Tiga Macam Ru’ya Atau Mubasyiroh Atau Mimpi Yang Baik
Hadits :
عَنْ مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ تَكْذِبُ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ وَرُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ وَمَا كَانَ مِنْ النُّبُوَّةِ فَإِنَّهُ لَا يَكْذِبُ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَقُولُ هَذِهِ قَالَ وَكَانَ يُقَالُ الرُّؤْيَا ثَلَاثٌ حَدِيثُ النَّفْسِ وَتَخْوِيفُ الشَّيْطَانِ وَبُشْرَى مِنْ اللَّهِ فَمَنْ رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلَا يَقُصَّهُ عَلَى أَحَدٍ وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ قَالَ وَكَانَ يُكْرَهُ الْغُلُّ فِي النَّوْمِ وَكَانَ يُعْجِبُهُمْ الْقَيْدُ وَيُقَالُ الْقَيْدُ ثَبَاتٌ فِي الدِّينِ
Artinya :
Dari Muhammad bin Sirin, sesungguhnya dia mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda : “Jika zaman yang dekat hampir-hampir mimpi seorang mukmin itu (dianggap dusta) dan mimpi seorang mukmin adalah bagian dari 46 bagian kenabian, dan sesungguhnya bagian kenabian itu bukanlah dusta, Muhammad bin Sirin berkata : “Dan beliau mengatakan, Mimpi ada tiga : Percakapan jiwa, dan setan yang menakut-nakuti dan kabar gembira dari Allah. Maka barangsiapa bermimpi sesuatu yang dia benci janganlah menceritakannya pada seseorang dan hendaklah berdiri lalu shalat, Ibnu Sirin berkata, Abu Hurairah berkata, “Dan beliau membenci Al Ghulu (mimpi tangan yang terikat di leher) ketika tidur dan di herankan dengan tali dan dikatakan tali berarti ketetapan dalam agama. (Bukhari : 6499 Kitab At Ta’bir)
Hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرُّؤْيَا ثَلَاثٌ فَرُؤْيَا حَقٌّ وَرُؤْيَا يُحَدِّثُ بِهَا الرَّجُلُ نَفْسَهُ وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنْ الشَّيْطَانِ فَمَنْ رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَكَانَ يَقُولُ يُعْجِبُنِي الْقَيْدُ وَأَكْرَهُ الْغُلَّ الْقَيْدُ ثَبَاتٌ فِي الدِّينِ وَكَانَ يَقُولُ مَنْ رَآنِي فَإِنِّي أَنَا هُوَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَمَثَّلَ بِي وَكَانَ يَقُولُ لَا تُقَصُّ الرُّؤْيَا إِلَّا عَلَى عَالِمٍ أَوْ نَاصِحٍ
Artinya :
Dari Abi Hurairah, dia berkata Rasulullah saw, bersabda : “Mimpi ada tiga, 1) mimpi yang haq (benar), 2) Mimpi percakapan seorang laki-laki dengan jiwanya, 3) Mimpi yang menyedihkan dari syetan. Maka barangsiapa bermimpi apa yang dibencinya hendaklah ia bangun dan sholat, dan Rasulullah bersabda : “Aku heran dengan al-qaid (mimpi tali) dan benci Al Ghulla (tangan terikat di leher). Tali adalah ketetapan dalam agama dan beliau juga bersabda : “Barangsiapa mimpi melihatku maka sesungguhnya itu adalah aku karena sesungguhnya syetan tidak bisa menyerupaiku. Dan beliau juga bersabda : “Janganlah kamu menceritakan mimpi kecuali pada orang Alim atau ahli nasehat. (Ahmad : 10185, Tirmidzi : 2206 Kitab Ar Ru’ya)
Hadits :
من أبي هريرة ، من النبي صلى الله عليه وسلم: “عندما يقترب يوم القيامة ، نادراً ما يحلم (روعة) مسلم غير صحيح. الأحلام الصحيحة (روعة) هي الأحلام التي تتحدث دائمًا عن الحقيقة. وحلم (روعة) المسلم هو جزء من خمسة وأربعين نوعًا من النوبوة (الوحي). هناك ثلاثة أنواع من الأحلام (رؤيا): الأحلام الصالحة (رؤيا) هي أخبار سعيدة من الله. حلم مخيف أو حزين ، يأتي من الشيطان. والأحلام التي نشأت بسبب أوهام التفكير بالتمني. ولهذا السبب ، إذا كنت تحلم بأنك لا تحب ذلك ، فاستيقظ ، ثم صل ، ولا تخبر الآخرين
Artinya:
“Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw sabdanya: “Apabila hari kiamat telah dekat, jarang mimpi (ru’ya) seorang muslim yang tidak benar. Mimpi (ru’ya) yang paling benar ialah mimpi yang selalu berbicara benar. Dan mimpi (ru’ya) seorang muslim adalah sebagian dari empat puluh lima macam nubuwwah (wahyu). Mimpi (ru’ya) itu ada tiga macam : Mimpi (ru’ya) yang baik adalah kabar suka dari Allah. Mimpi (ru’ya) yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syaitan. Dan mimpi (ru’ya) yang timbul karena ilusi angan-angan. Maka karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian shalat, dan jangan menceritakannya kepada orang lain” (Hadits shohih riwayat Muslim, Shahih Muslim IV, hal. 166)
Hadits ini menjelaskan bahwa, ru’ya yaitu penglihatan ghaib atau mimpi ada tiga macam.
Yang pertama mimpi atau penglihatan ghaib yang datang dari Allah disebut mubasyiroh atau ru’yatun sholihah atau ru’yatun hasanah atau ru’yatun shodiqoh. Pada lazimnya mimpi yang baik datang dari Allah mempunyai indikasi atau pertanda mimpi tersebut menakjubkan, lokasi mimpi tidak dikenal, aneh dan bernilai tinggi.
Yang kedua mimpi dari gangguan setan disebut ghulmi, mimpi dari setan mempunyai indikasi atau pertanda bahwa kisah didalam mimpi menakutkan, menyedihkan, porno dan lain-lain hal yang tidak menyenangkan.
Ru’ya atau mimpi yang ketiga adalah mimpi dari permainan jiwa dengan indikasi, jalan cerita kacau, tidak beraturan, dan tidak ada hal-hal yang penting. Perhatikan seluruh kalimat pada hadits tersebut diatas.
# Penjelasan Al Qur’an Bahwa Sunnah Allah Tidak Akan Berubah
Q.S. Al Ahzab ayat 62
سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا
Artinya :
Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah.
Q.S. Faathir ayat 43
اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ ۚ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ۚ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ الْأَوَّلِينَ ۚ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا
Artinya :
Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.
Kedua firman Allah tersebut diatas memberitakan, bahwa sunnatullah tidak akan berubah sepanjang zaman. Perhatikan kalimat “dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah” serta kalimat “Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah”. Yang perlu dijelaskan keterkaitan antara kedua ayat tersebut diatas dengan urusan diturunkannya wahyu.
Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa diturunkannya wahyu adalah kehendak, ketentuan dan ketetapan Allah. Adapun kehendak, ketentuan dan ketetapan Allah adalah sunnatullah.
Telah dijelaskan pada dua firman Allah tersebut diatas, bahwa sunnatullah tidak akan berubah. Diturunkannya wahyu adalah sunnatullah, maka menjadi sunnatullah bahwa wahyu akan turun sepanjang zaman.