Brasnews.Net Banda Aceh, 8 Agustus 2025 — Semilir angin sore yang berhembus lembut di kawasan Pango, Banda Aceh, menyatukan kehangatan perbincangan antara media dan tokoh perbankan nasional dalam acara santai bertajuk Ngopi Bareng untuk Negeri. Di antara denting sendok di atas cangkir kopi Gayo, terselip harapan besar untuk masa depan Aceh. Hadir sebagai pembicara utama, Enci Siti Darojah, Department Head Corporate Communication Bank Syariah Indonesia (BSI) Pusat, menyampaikan pandangan optimisnya mengenai potensi luar biasa yang dimiliki Aceh untuk berkontribusi dalam kebangkitan ekonomi global.
“Aceh Berpotensi Lebih Maju”
Dengan suara hangat namun tegas, Ibu Enci membuka obrolan dengan kalimat yang mencuri perhatian:
“Aceh itu luar biasa. Kaya akan hasil alam, budaya, semangat warganya, dan kini potensi itu mulai terasa. Aceh memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi di Indonesia bahkan di pentas dunia.”
Ia mencontohkan beragam sektor unggulan yang dimiliki Aceh, mulai dari pertanian, perikanan, pariwisata halal, energi, hingga industri kreatif dan UMKM syariah, yang jika dikelola dengan integratif dan profesional, akan membawa daerah ini pada lompatan kemajuan ekonomi.
BSI: Dari Merger ke Momentum Bangkit
Enci juga menyinggung kiprah BSI yang kini menjadi satu-satunya bank syariah terbesar di Indonesia, hasil penggabungan (merger) dari tiga bank pelat merah, yaitu Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BRI Syariah. “Setelah merger, BSI tumbuh pesat. Secara nasional, kami telah mencatatkan nilai aset yang mencapai lebih dari Rp 400 triliun, sebuah pencapaian luar biasa dalam sejarah perbankan syariah Indonesia,” jelasnya.
Ia merinci bahwa dari struktur pemegang saham BSI saat ini:
* Bank Mandiri menguasai 52 persen saham,
* BRI sebesar 23 persen,
* BNI sebesar 12 persen,
* dan sisanya 10 persen dimiliki publik, termasuk pengusaha, sektor ritel, dan korporasi.
“Struktur ini menunjukkan bahwa BSI bukan hanya milik negara, tapi juga milik rakyat. Karena itu kami punya tanggung jawab besar untuk hadir, mendampingi, dan menguatkan ekonomi daerah termasuk di Aceh,” tegasnya.
BSI Siap Dukung Pertumbuhan Ekonomi Aceh
Menurut Bu Enci, Aceh tidak boleh hanya dikenal karena sejarahnya yang panjang atau konflik masa lalu. Aceh hari ini, kata dia, adalah Aceh yang baru: penuh peluang, penuh energi, dan pantas mendapatkan perhatian nasional. “Kami dari BSI siap mendukung penuh pertumbuhan ekonomi Aceh, dari sektor mikro hingga korporasi besar, dari petani kecil hingga pelaku digitalpreneur,” katanya.
Ia mencontohkan dukungan BSI terhadap pelaku UMKM syariah, pembiayaan sektor pertanian dan kelautan, edukasi literasi keuangan bagi pelajar dan mahasiswa, serta pembiayaan korporasi syariah untuk industri halal.
“Jika kita bisa menjadikan Aceh sebagai contoh ekonomi syariah modern yang inklusif, bukan mustahil Aceh bisa menjadi pusat pembelajaran dan investasi ekonomi halal di Asia Tenggara,” ujarnya optimis.
Kopi Gayo, Simbol Harapan dari Lereng Negeri
Tak lengkap membicarakan ekonomi Aceh tanpa menyinggung komoditas kopi Gayo. Di sela diskusi yang berlangsung hangat, aroma kopi khas dataran tinggi Gayo turut memperkuat narasi tentang potensi lokal yang mendunia.
“Di balik setiap tegukan kopi Gayo, ada petani-petani yang bekerja keras, ada UMKM yang mengolah dan mengemasnya dengan penuh cinta. Inilah contoh produk lokal yang bisa mendunia bila didukung oleh perbankan dan pemerintah daerah,” ujar Enci sembari menyesap kopi hangat dari cangkir putih.
Ia juga berharap agar ekosistem ekonomi syariah di Aceh dapat membentuk rantai nilai (value chain) yang kuat, dari hulu ke hilir, dari petani ke pasar dunia.
Digitalisasi dan Generasi Muda
Dalam sesi akhir menjelang magrib, Ibu Enci mengajak generasi muda Aceh untuk terlibat aktif dalam perubahan ekonomi. Menurutnya, anak-anak muda hari ini tidak boleh takut bermimpi besar. “Zaman sudah berubah. Dengan smartphone di tangan, anak muda Aceh bisa menjual produk ke luar negeri, bisa membuat startup syariah, bisa menjadi agen perubahan,” katanya.
BSI, lanjutnya, juga memiliki banyak program literasi keuangan, pelatihan digital UMKM, dan pembiayaan milenial agar semangat wirausaha tumbuh sejak dini.
Dari Pango untuk Dunia
Diskusi di sebuah kafe di Kawasan Pango Banda Aceh, mungkin tampak sederhana. Tapi dari pertemuan itulah, lahir percikan semangat dan keyakinan bahwa Aceh bisa lebih besar dari yang selama ini dibayangkan. Bahwa Serambi Mekah ini bukan hanya pintu masuk Islam ke Nusantara, tapi juga bisa menjadi pintu masuk ekonomi syariah Indonesia ke panggung dunia.
“Mari kita bangun Aceh dengan semangat baru. Bukan hanya karena potensi alamnya, tapi karena semangat warganya yang siap maju bersama. Dan kami dari BSI siap berjalan bersama,” tutup Enci Siti Darojah.