Bitung, Sulut – Brasnews.net, Bagian Terakhir Senin (14/10/24).
# Sanggahan Terhadap Pendapat Yang Menyatakan Wahyu Hanya Diturunkan Untuk Para Nabi Dan Rasul
Q.S. Asy Syuura ayat 51
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Artinya :
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana
Q.S. Al Anbiya ayat 73
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Artinya :
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai Imam-Imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah,
Q.S. Al Anbiya ayat 7
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya :
Kami tiada mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada ahli dzikir, jika kamu tiada mengetahui.
Q.S. Al Qashash ayat 7
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Artinya :
“Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.
Q.S. Al Imran ayat 45
إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ
Artinya :
(ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan(kepada Allah)
Q.S. Al Anfaal ayat 12
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ
Artinya :
(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.
Q.S. Fushshilat ayat 12
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Artinya :
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Q.S. An Nahl ayat 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Artinya :
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”.
Seluruh firman Allah tersebut diatas merupakan sanggahan terhadap pendapat yang menyatakan, bahwa wahyu hanya diturunkan kepada para Nabi dan Rasul.
Sebagaimana dijelaskan pada ulasan terdahulu bahwa wahyu dturunkan kepada semua manusia dan semua makhluk dengan seijin Allah. Bahwa wahyu diturunkan kepada Imam-Imam, wahyu juga diturunkan kepada ahli dzikir, demikian pula wahyu diturunkan kepada ibunda Musa dan dijelaskan pula wahyu diturunkan kepada Maryam. Perhatikan kalimat “dan telah Kami wahyukan kepada, mereka”, “melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka”, “Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa”, “(ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang putera”,
Seluruh kalimat pada firman Allah tersebut diatas sangat jelas menolak dan menyanggah, bahwa wahyu hanya diturunkan kepada para Nabi dan Rasul. Karena beberapa laki-laki ahli dzikir bukanlah Nabi dan Rasul, para Imam juga bukan Nabi dan Rasul, ibunda Musa bukanlah Nabi dan Rasul, Maryam bukanlah Nabi dan Rasul.
Maka sebagai kesimpulan pendapat yang menyatakan bahwa wahyu hanya diturunkan kepada para Nabi dan Rasul adalah pendapat yang salah, karena menyalahi penjelasan-penjelasan Al Qur’an.
Untuk menambah penjelasan dikemukakan firman Allah selanjutnya yang menyatakan, bahwa wahyu juga diturunkan kepada para malaikat, kepada langit dan kepada lebah.
Maka menjadi keharusan bahwa pendapat yang benar dan sejalan dengan firman Allah yang termaktub dalam Al Qur’anul karim, bahwa wahyu diturunkan kepada semua manusia dan semua makhluk seijin Allah.
# Sanggahan Terhadap Pendapat Yang Menyatakan Sejak Wafatnya Rosul Muhammad Wahyu Tidak Diturunkan Lagi.
Q.S. Al Ahzab ayat 62
سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا
Artinya :
Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah.
Q.S. Faathir ayat 43
اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ ۚ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ۚ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ الْأَوَّلِينَ ۚ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا
Artinya :
Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.
Kedua firman Allah tersebut diatas adalah merupakan firman Allah yang menyanggah pendapat yang menyatakan sejak wafatnya Rasulullah Muhammad wahyu tidak diturunkan lagi.
Firman Allah tersebut diatas menjelaskan bahwa sunnah Allah tidak akan berubah. Perhatikan kalimat “dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah” serta kalimat “Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah”.
Diturunkannya wahyu adalah kehendak, ketentuan, ketetapan Allah. Maka kehendak, ketentuan, ketetapan Allah adalah sunnatullah,
adapun sunnatullah tidak akan berubah. Maka merupakan sutau kepastian bahwa wahyu akan turun sepanjang zaman.
Firman Allah ini jelas-jelas menolak dan menyanggah pendapat yang menyatakan, sejak wafatnya Rasulullah Muhammad wahyu tidak diturunkan lagi.
Q.S. Al Anbiya ayat 7
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya :
Kami tiada mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada ahli dzikir, jika kamu tiada mengetahui.
Q.S. Al Anbiya ayat 73
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Artinya :
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai Imam-Imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah,
Q.S. Al Anfaal ayat 12
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ
Artinya :
(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.
Q.S. An Nahl ayat 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Artinya :
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”.
Firman Allah tersebut diatas memberikan kejelasan bahwa, wahyu diturunkan kepada ahli dzikir, Imam-Imam, malaikat dan lebah. Perhatikan kalimat “melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka” serta kalimat “dan telah Kami wahyukan kepada, mereka”, juga kalimat “(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat”, dan kalimat “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”.
Sangat perlu dijelaskan, bahwa ahli dzikir, Imam-Imam, malaikat dan lebah, sesudah wafatnya Rasul mereka tetap ada dan berkelanjutan. Apakah ahli dzikir, Imam-Imam, malaikat dan lebah sebelum wafatnya Rasul mereka mendapat tuntunan wahyu dan sesudah wafatnya Rasul para ahli dzikir, Imam-imam, malaikat dan lebah menjadi liar tidak lagi mendapat tuntunan wahyu.
Maka pendapat yang menyatakan, bahwa wahyu tidak diturunkan lagi sejak wafatnya Rasulullah, pendapat tersebut sangat keliru dan merusak ajaran Al Qur’an.
Q.S. Al Baqarah ayat 142
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya :
Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”.
Q.S. Al An’aam ayat 88
ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya :
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.
Q.S. An Nahl ayat 93
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya :
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
Q.S. Al Mudatsir ayat 31
وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً ۙ وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ۙ وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ ۙ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ
Artinya :
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.
Keempat firman Allah tersebut diatas memberikan penjelasan dan kejelasan, bahwa Allah memberi petunjuk melalui wahyu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Perhatikan kalimat “Dia memberi petunjuk kepada Siapa yang dikehendaki-Nya” dan kalimat “memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya”
Kalimat pada firman Allah tersebut diatas memberi penjelasan dan kejelasan bahwa Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya adalah merupakan kehendak, ketentuan, ketetapan Allah yaitu sunnatullah.
Bila Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya merupakan sunnatullah. Dan telah dijelaskan bahwa sunnatullah tidak akan berubah. Maka keempat firman Allah tersebut diatas jelas-jelas menolak dan menyanggah pendapat yang menyatakan bahwa sejak wafatnya Rasulullah Muhammad wahyu tidak diturunkan lagi.
Q.S. Al Ankabut ayat 49
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
Artinya :
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada Utul Ilma (orang-orang yang diberi ilmu). dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.
Q.S. Asy Syu’araa ayat 193-194
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
Artinya :
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
Q.S. Asy Syuura ayat 52
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya :
Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu nur, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Ketiga firman Allah tersebut diatas menjelaskan bahwa, didalam dada tepatnya didalam hati Utul Ilma bersemayam ruh Al Qur’an, wahyu dari sisi Allah yang dibawa turun oleh malaikat Jibril. Perhatikan kalimat “Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada Utul Ilma (orang-orang yang diberi ilmu)” serta kalimat “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu” dan kalimat “Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Quran)”.
Sangat perlu dijelaskan bahwa, sesudah wafatnya Rasulullah Muhammad, keberadaan atau eksistensi Utul Ilma yang didalam hadits disebut sebagai Ulama tetap ada dan berkelanjutan.
Apakah Utul Ilma atau Ulama yang hidup sebelum wafatnya Rasulullah mendapat tuntunan wahyu yang diturunkan kedada mereka, dan sesudah wafatnya Rasulullah Utul Ilma atau Ulama tidak lagi mendapat tuntunan wahyu.
Maka pendapat yang menyatakan, bahwa sejak wafatnya Rasulullah Muhammad wahyu tidak diturunkan lagi, jelas-jelas merusak dan menyimpang ajaran Qur’an.
Q.S. Al Baqarah ayat 282
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ
Artinya :
Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Firman Allah tersebut diatas memberi kejelasan, bahwa orang-orang bertaqwa menerima pelajaran langsung dari sisi Allah. Perhatikan kalimat “bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu”.
Dan perlu dijelaskan bahwa, manusia termasuk orang-orang bertaqwa dapat berhubungan dengan Allah, dalam hal menerima pelajaran hanya melalui media wahyu.
Maka orang-orang bertaqwa adalah orang-orang yang menerima wahyu, berisi pelajaran-pelajaran dari sisi Allah, dimana pelajaran-pelajaran tersebut dinamai laduna ilma atau ilmu laduni.
Perlu dijelaskan bahwa perintah bertaqwa yang diajarkan Qur’an tidak sebatas wafatnya Rasul, dalam kalimat yang lain bahwa perintah bertaqwa yang datang dari Allah, ditujukan kepada manusia adalah perintah yang berlaku sampai akhir zaman yaitu kiamat.
Maka jelas keberadaan orang-orang bertaqwa berkelanjutan, walaupun Rasulullah Muhammad telah wafat. Maka pendapat yang menyatakan, bahwa sejak wafatnya Rasulullah Muhammad wahyu tidak diturunkan lagi adalah pendapat yang menyimpang dan merusak ajaran Al Qur’an.
# Dalil Al Qur’an Yang Digunakan Untuk Menyatakan Pendapati Bahwa Wahyu Hanya Diturunkan Kepada Para Rasul
Q.S. Al Imran ayat 179
مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya :
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam Keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu pahala yang besar.
Firman Allah tersebut diatas yang digunakan orang-orang untuk menyampaikan pendapat, bahwa wahyu hanya diturunkan kepada Rasul pilihan.
Pendapat yang pertama, bahwa tidak mungkin manusia menerima wahyu, mereka berpedoman pada kalimat “Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib”.
Perlu dijelaskan pada kalimat tersebut tidak terdapat kata wahyu, maka yang dimaksud kalimat Allah tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal ghaib adalah memperlihatkan hal-hal ghaib dengan mata zhohiriyah. Semacam peristiwa mi’rajnya Rasulullah Muhammad, bahwa beliau disaat mi’raj melihat neraka, surga, sidratul muntaha, malaikat Jibril, para Nabi-Nabi dan lain-lain adalah dengan mata zhohir, hal ini dalam bahasa agama disebut dengan ainul yaqin.
Seseorang yang bukan Nabi dan Rasul dalam hal menerima wahyu, mereka tidak menggunakan mata zhohir tetapi menggunakan mata batin dengan bantuan ilmu, hal ini dalam bahasa agama disebut ilmu yaqin.
Selanjutnya pendapat yang menyatakan bahwa wahyu hanya diturunkan kepada Rasul-Rasul pilihan. Mereka berpedoman pada kalimat “Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya”.
Pendapat tersebut sangat bodoh dan bernilai rendah, bagaimana mungkin bahwa wahyu hanya dapat diterima oleh beberapa orang Rasul yang terpilih sedang Nabi dan Rasul yang lain tidak dapat menerima wahyu.
Kalimat pada firman Allah tersebut diatas jelas-jelas menyatakan bahwa para Nabi yang bukan Rasul tidak mungkin menerima wahyu, dan kalimat pada firman tersebut menjelaskan tidak semua Rasul dapat menerima wahyu tetapi hanya Rasul-Rasul pilihan.
Dan perlu diingatkan kembali sebagaimana telah diulas terdahulu, bahwa ahli dzikir, Imam-Imam, Ibunda Musa, Maryam, malaikat, langit, dan lebah dapat menerima wahyu.
Maka pendapat yang menyatakan bahwa wahyu hanya diterima oleh Rasul-Rasul pilihan adalah pendapat yang sangat rancu, tidak akurat dan tidak rasional, serta merusak dan menyimpang dari penjelasan Al Qur’an.
Q.S. At Takatsur ayat 5-7
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
Artinya :
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan ilmu yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.
Perlu dan sangat perlu dijelaskan, agar memperoleh pengertian yang hakiki tentang penglihatan (panca indra) manusia, bahwa manusia memiliki penglihatan pada dua dimensi. Yang pertama dimensi visual dalam bahasa agama disebut ainul yaqin, adapun yang kedua dimensi spiritual dalam bahasa agama disebut ilmu yaqin. Perhatikan dengan cermat dan seksama kalimat-kalimat pada firman Allah tersebut diatas.
Tulisan ini disadur dari Kitab Laduna Ilma Jilid 2 Karya Imam Awal Yang berhasil Mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) melalui Sirkuit Terpadu, dengan Judul Asli Ma’rifatul Wahyuyuha.