Memahami Tentang Imam

  • Bagikan

 

Bitung, Sulut – Brasnews.net Bagian Ke-empat

  • Imam itu Mencintai dan Mendo’akan Jama’ahnya

Hadits :

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا  نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

Artinya :

“Dari Auf bin Malik dari Rasulullah saw bersabda : Imam-imam kamu yang pilihan adalah mereka mencintai kamu dan kamu mencintai mereka, mereka mendoakan kamu dan kamu mendoakan mereka. sedang Imam yang jahat ialah mereka yang kamu benci dan mereka pun membenci kamu, yang kamu kutuk dan mereka pun mengutuk kamu, ditanyakan wahai Rasulullah saw apakah kami boleh melawan mereka dengan pedang Rasulullah menjawab jangan selagi mereka masih melaksanakan shalat di tengah-tengah kamu, apabila kamu melihat sesuatu yang kamu tidak suka dari Imam, maka kamu boleh membenci amal perbuatannya saja tetapi jangan kamu melepaskan tangan dari ketaatan. (Muslim kitab Imarah no, 3447, Ahmad Musnad Al Anshor 22856, Ad Darimi Ar Riqoq 2677)

Hadits ini menjelaskan pula tentang manfaat orang yang memiliki Imam, yaitu para Imam sangat mencintai dan senantiasa mendoakan jama’ahnya untuk mendapat ridho Allah. Perhatikan kalimat “mereka mencintai kamu dan kamu mencintai mereka, mereka mendoakan kamu dan kamu mendoakan mereka”

Perlu dijelaskan bahwa doa para Imam makbul perhatikan Hadits dibawah ini :

Hadist :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ دُونَ الْغَمَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ بِعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

Artinya :

Dari Abi Hurairah dia berkata : Rasulullah saw bersabda : “Tiga golongan yang doa mereka tidak ditolak : (1) Imam yang adil, (2) Orang puasa hingga dia berbuka dan (3) doa orang yang di zalimi, Allah mengangkat doa tanpa hijab pada hari kiamat, dibuka baginya pintu langit dan Allah berkata : Dengan keagunganku, sungguh akan Aku tolong engkau walaupun setelah berselang beberapa saat” (Ibnu Majah, Kitab Puasa bab orang puasa tidak ditolak doanya, 1742., dan Tirmidzi ad dawaat 3522)

Hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِمَامُ الْعَادِلُ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُ

Artinya :

Dari Abi Hurairah ra berkata telah bersabda Rasulullah saw : Imam yang adil tidak tertolak doanya. (Ahmad baqi musnad Al mukasiriin 9348)

Hadits :

َ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

Artinya :

“Dari Abu Hurairah berkata telah bersabda Rasulullah saw : tiga golongan yang tidak tertolak doanya yaitu imam yang adil, orang yang puasa sampai ia berbuka dan doanya orang-orang yang teraniayah Allah swt mengangkat melebihi tingginya awan pada hari kiamat dan membukakan pintu-pintu langit dan Alllah Azza wajallah dengan kemuliaanku Aku akan menolongmu walaupun sudah kebinasaan. (HR : Ahmad).

  • Apabila Imam berbuat baik jama’ahnya ikut mendapat pahala

Hadits :

عَنْ سَهْلُ بْنُ سَعْدٍ السَّاعِدِيّ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْإِمَامُ ضَامِنٌ فَإِنْ أَحْسَنَ فَلَهُ وَلَهُمْ وَإِنْ أَسَاءَ يَعْنِي فَعَلَيْهِ وَلَا عَلَيْهِمْ

Artinya :

“Imam itu penanggung, apabila ia berbuat baik maka pahalanya baginya dan bagi mereka para makmum, dan apabila ia berbuat jelek maka dosanya atas tanggungannya dan bukan atas tanggungan mereka”. (HR : Ibnu Madjah dan Hakim dari Shal Bin Sa’ad, Al Jami,us Shaghier 2 halaman : 301).

Hadits ini juga menjelaskan salah satu manfaat bagi jama’ah yang memiliki Imam, yaitu perbuatan baik seorang Imam pahalanya dinikmati juga oleh jama’ahnya. Perhatikan kalimat “apabila ia berbuat baik maka pahalanya baginya dan bagi mereka para makmum”

Hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُصَلُّونَ لَكُمْ فَإِنْ أَصَابُوا فَلَكُمْ وَإِنْ أَخْطَئُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ

Artinya :

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw, bersabda : kamu shalat dengan makmun, jika mereka para imam benar maka pahala bagimu dan mereka, jika mereka para Imam salah maka pahala bagimu dan dosa atas mereka. (HR : Bukhari pada kitab Azan no, 667 bab Iza lam yutimma al-imamu wa’ tamma man khalfahu hal. 137)

Hadits tersebut diatas menjelaskan bahwa apabila seorang imam melakukan amal sholeh maka jama’ahnya ikut mendapat pahala akan tetapi bila imam melakukan kesalahan maka jama’ah tidak ikut menanggung dosanya. Perhatikan kalimat : “Apabila ia berbuat baik maka pahalanya baginya dan bagi mereka para makmum, dan apabila ia berbuat jelek maka dosanya atas tanggungannya dan bukan atas tanggungan mereka”.

# Fadilah Keutamaan Para Imam

  • Imam itu mendapat Ilmu dan bimbingan langsung dari Allah

Qs : Al Baqarah ayat 282

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya :

Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ayat ini merupakan kejelasan bahwa orang bertaqwa itu mendapat pelajaran Ilmu langsung dari Allah. Perhatikan kalimat “Allah mengajarmu”, adapun para Imam adalah Alim pewaris Nabi mereka sudah terhimpun sebagai orang bertaqwa.

Qs : Al Anbiya ayat 73

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ

Artinya :

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai Imam-Imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah,

Qs : As Sajadah ayat 24

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya :

Dan Kami jadikan di antara mereka itu Imam-Imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.

Perhatikan kalimat “Imam-Imam yang memberi petunjuk dengan perintah kami” khusus pada kalimat “Dengan perintah kami” yang dimaksud adalah pelajaran yang didapat dari Allah yang tertulis pada surat Al Baqarah ayat 282.

Hadits :

أَدَّبَنِي رَبِّي فَاَحْسَنَ تَأْدِيْبِي

Artinya :

“Allah telah mendidikku, lalu Dia didik aku sebaik-baiknya”. (Sahih, R. Ibnu Sam’an dl. Adabul Imalaa dari Ibnu Mas’ud, Al Jami’us Shaghier 1, hal. 111)

Baca juga beritanya  Kabid LITBANG & Kaderisasi PB SEMMI Apresiasi Kabareskrim POLRI Dalam Penangkapan Buronan Thailand

Hadits ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad mendapat didikan langsung dari Allah. Para Alim pewaris Nabi tentu mendapat warisan tentang hal tersebut, maka untuk jelasnya para Imam selaku orang Alim yang memiliki pengikut juga mendapat didikan langsung dari Allah.

Hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ اللَّهُمَّ أَرْشِدْ الْأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ

Artinya :

“Imam itu penanggung, dan tukang adzan itu terpercaya. Wahai Allah bimbinglah para Imam dan ampunilah dosa-dosa para tukang adzan”. (HR : Abu Daud, Tirmizi, Ibnu Hiban dan Baihaqi dari Abu Hurairoh dan R. Ahmad dari Abu Umamah, Al Jamius Shaghier 2, hal. 300)

Hadits ini menjelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa seorang Imam itu mendapat bimbingan langsung dari Allah. Perhatikan kalimat “Wahai Allah bimbinglah para Imam”. Perlu diketahui bahwa doa Nabi Muhammad itu mustajab, maka untuk jelasnya para Imam pasti mendapat bimbingan langsung dari Allah.

  • Imam itu mampu menerima Mubasyiroh Petunjuk Dari Allah

Qs : Al Anbiya ayat 73

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ

Artinya :

“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,

Ayat ini menjelaskan bahwa para Imam sudah seharusnya mampu menerima Mubasyiroh perhatikan kalimat “Kami wahyukan kepada mereka”.

Qs : As Sajadah ayat 24

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya :

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.

Ayat ini mengajarkan pula bahwa seorang Imam sudah seharusnya mampu menerima Mubasyiroh berupa perinta-perintah Allah. Perhatikan kalimat “memberi petunjuk dengan perintah Kami”.

Perlu dijelaskan perintah-perintah dari sisi Allah itu diturunkan dalam bentuk wahyu, jadi untuk jelasnya seorang Imam harus mampu menerima Mubasyiroh.

Dan sangat perlu dijelaskan bahwa para Imam adalah orang-orang yang telah mencapai tingkat taqwa. Adapun taqwa adalah kemampuan orang berilmu dimana dengan Ilmunya mereka telah mampu menerima ajaran atau didikan langsung dari Allah. Adapun ajaran atau didikan langsung dari Allah tersebut diterima orang bertaqwa dalam bentuk wahyu.

Qs : Al Baqarah ayat 282

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya :

Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ayat ini mengandung kejelasan bahwa orang bertaqwa mampu menerima Mubasyiroh. Perhatikan kalimat “Allah mengajarmu”. Bila Allah mengajar seseorang itu pasti ajaran tersebut turun dalam bentuk wahyu. Adapun Imam adalah orang Alim pewaris Nabi. Orang Alim adalah orang yang bertaqwa, jadi pada akhir kesimpulan Imam adalah orang yang mampu menerima Mubasyiroh.

Hadits :

أَدَّبَنِي رَبِّي فَاَحْسَنَ تَأْدِيْبِي

Artinya :

“Allah telah mendidikku, lalu Dia didik aku sebaik-baiknya”. (HR : Ibnu Sam’an dl. Adabul Imalaa dari Ibnu Mas’ud, Al Jami’us Shaghier 1, hal. 111)

Hadits ini juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad menerima pendidikan langsung dari Allah pasti dalam bentuk wahyu. Adapun Imam adalah orang Alim pewaris Nabi, maka untuk jelasnya para Imam adalah orang yang mampu menerima Mubasyiroh, kemampuan jiwa yang diwarisi dari Nabi selaku Alim.

  • Memiliki ilmu yaqin (kazab/terbukanya hijab)

Qs : At Takatsur ayat 5-6

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ ٱلْيَقِينِلَتَرَوُنَّ ٱلْجَحِيمَ

Artinya :

Jika kamu mengetahui dengan Ilmu yaqin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim.

Ayat ini menjelaskan bahwa ada satu cabang ilmu didalam Al Qur’an yang disebut Ilmu Yaqin, fungsi Ilmu Yaqin adalah mampu melihat Neraka Jahim. Perhatikan kalimat “Jika kamu mengetahui dengan Ilmu yaqin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim”. Perlu dijelaskan bahwa Ilmu Yaqin adalah suatu kekuatan supranatural yaitu dapat melihat Neraka jahim, bila dapat melihat Neraka Jahim yang merupakan salah satu bahagian kerajaan langit atau alam Muqarrabun maka seluruh alam Muqarrabun atau kerajaan langit dapat dilihat diantaranya, Baitul Ma’mur, Surga, Sidratul Muntaha, Kursyuhus Samawati, Misykattullah, para Malaikat, para Bidadari, para Wali, para Nabi dan lain-lain.

Adapun Imam adalah Alim pewaris Nabi, yang dimaksud Alim adalah orang yang memiliki Ilmu. Didalam Al Qur’anul Karim jenis Ilmu itu ada dua macam, yang pertama adalah Ilmu Yaqin terdapat dalam surat At Takaatsur, yang kedua adalah Ilmu Laduni yang tertulis pada surat Al Kahfi ayat 65. Untuk jelasnya seorang Imam adalah pemilik Ilmu Yaqin dan ilmu laduni.

Hadits :

عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَعْدٍ قَالَ رَأَيْتُ عَنْ يَمِينِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ شِمَالِهِ يَوْمَ أُحُدٍ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا ثِيَابُ بَيَاضٍ مَا رَأَيْتُهُمَا قَبْلُ وَلَا بَعْدُ يَعْنِي جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ عَلَيْهِمَا السَّلَام

Artinya:

Dari Sa’ad bin Ibrahim dari bapaknya dia berkata: “Aku melihat dalam perang uhud dua orang yang berada di kiri dan kanan Rasulullah mereka berpakaian putih, yang tidak kulihat sebelumnya dan sesudah itu. Yaitu Jibril dan Mikail. (HR : Muslim al Fadhoil 3264)

Hadits ini menjelaskan tentang kemampuan yang dimiliki salah seorang sahabat Nabi yaitu bapak dari Sa’ad Bin Ibrahim, dimana ternyata ia memiliki Ilmu Yaqin yaitu kasaf. Hadits ini mengajarkan bahwa sahabat Nabi tersebut benar-benar memiliki Ilmu Yaqin. Perhatikan kalimat “Aku melihat dalam perang uhud dua orang yang berada di kiri dan kanan Rasulullah mereka berpakaian putih, yang tidak kulihat sebelumnya dan sesudah itu”

Hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ هَلْ تَرَوْنَ قِبْلَتِي هَا هُنَا فَوَاللَّهِ مَا يَخْفَى عَلَيَّ خُشُوعُكُمْ وَلَا رُكُوعُكُمْ إِنِّي لَأَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي

Artinya:

Dari Abu Hurairah dia berkata Rasulullah SAW Bersabda: apakah kalian melihat arah kiblatku dari sini demi Allah, apa yang aku takutkan padaku kekhusyuan kalian bukanlah rukuk kalian, sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang pinggangku. (HR : Bukhari As Sholat 4010)

Hadits ini menjelaskan suatu kepastian bahwa Nabi Muhammad memiliki Ilmu Yaqin, terbukti dari kemampuan kasaf yang dimiliki beliau dimana beliau mampu melihat ma’mum yang Shalat dibelakang beliau. Perhatikan kalimat “sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang pinggangku”. Dari kalimat ini jelas Nabi Muhammad tidak melihat dengan mata zhohirnya, tetapi beliau menggunakan Ilmu Yaqin.

Baca juga beritanya  Kadivhumas Tegaskan Polri dengan Kejagung Baik-Baik Saja

Adapun orang Alim pewaris Nabi, Imam adalah orang Alim yang memiliki pengikut. Maka merupakan kesimpulan akhir bahwa para Imam juga memiliki Ilmu Yaqin mewarisi kemampuan Nabi.

Hadits :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ وَقَدْ انْصَرَفَ مِنْ الصَّلَاةِ فَأَقْبَلَ إِلَيْنَا فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي إِمَامُكُمْ فَلَا تَسْبِقُونِي بِالرُّكُوعِ وَلَا بِالسُّجُودِ وَلَا بِالْقِيَامِ وَلَا بِالْقُعُودِ وَلَا بِالِانْصِرَافِ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ أَمَامِي وَمِنْ خَلْفِي وَايْمُ الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ رَأَيْتُمْ مَا رَأَيْتُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا رَأَيْتَ قَالَ رَأَيْتُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ

Artinya :

Dari Anas ibnu Malik berkata telah bersabda Rasulullah saw: “Saya ini adalah imam bagi kamu sekalian sebab itu janganlah kalian mendahului aku ruku, sujud berdiri atau bubaran. Sesungguhnya aku melihat kamu baik didepanku maupun dibelakangku. “Demi zat yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaannya, tambah beliau, “Andai kata kamu dapat melihat apa yang kulihat pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis”, Mereka (sahabat) bertanya: “Apa gerangan yang anda lihat ya Rasul, Rasul bersabda aku melihat surga dan neraka. (HR : Ahmad, Baqi Musnad Anshor, 11559)

Hadits ini menjelaskan pula hal yang serupa dengan hadits terdahulu bahwa Nabi Muhammad memiliki Ilmu Yaqin. Perhatikan kalimat “Sesungguhnya aku melihat kamu baik didepanku maupun dibelakangku”. Kalimat ini menjelaskan bahwa Nabi mampu melihat orang yang dibelakang beliau, berarti beliau tidak melihat menggunakan mata fisik melainkan Nabi melihat dengan Ilmu Yaqin.

Demikian pula tentang sabda Nabi pada kalimat “Rasul bersabda aku melihat surga dan neraka”, perkataan Nabi tersebut juga menunjukkan dengan tegas bahwa beliau memiliki Ilmu Yaqin.

Sesuai hadits beliau yang menjelaskan bahwa orang Alim pewarisku. Maka kemampuan Nabi dalam hal Ilmu Yaqin diwariskan pada pewarisnya yaitu orang Alim, adapun Imam adalah orang Alim yang memiliki pengikut. Jadi untuk jelasnya para Imam yang juga orang Alim mewarisi kemampuan Nabi tersebut.

Didalam hadits ini juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad dapat melihat Surga dan Neraka, hal itu juga berlaku untuk pewaris Nabi.

Hadits :

لَقَدْ رَأَيْتُ الْآنَ مُنْذُ صَلَّيْتُ لَكُمْ الصَّلَاةَ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ مُمَثَّلَتَيْنِ فِي قِبْلَةِ هَذَا الْجِدَارِ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ ثَلَاثًا

Artinya :

“Sungguh sekarang aku telah melihat surga dan neraka digambarkan pada arah dinding ini, sejak aku shalat bersama kamu, maka aku belum pernah melihat yang baik dan yang buruk seperti hari ini”. (Shahih, R. Bukhari al adzan 707, dari Anas, Al jami’us Shaghier 4, hal. 380)

Sejalan dengan hadits terdahulu dalam hadits ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad telah melihat Surga dan Neraka sebagai kemampuan Ilmu Yaqin yang dimilikinya. Kemampuan ini juga dimiliki orang Alim pewaris Nabi dan juga para Imam selaku orang Alim yang memiliki pengikut. Perhatikan kalimat “Sungguh sekarang aku telah melihat surga dan neraka digambarkan pada arah dinding ini”.

Hadits :

لَقَدْ رَأَيْتُ الَملَا ئِكَةَ تَغْسِلُ حَمْزَةَ

Artinya :

“Sungguh aku telah melihat para Malaikat memandikan Hamzah”. (HR : Ibnu Sa’d dari Hasan, Al Jamius Shaghier 4, hal. 379)

Hadits ini juga menjelaskan kemampuan Nabi dalam hal Ilmu Yaqin bahwa beliau telah melihat para Malaikat memandikan jenazah Hamzah. Perhatikan kalimat “Sungguh aku telah melihat para Malaikat memandikan Hamzah”. Kemampuan ini berlaku pula kepada orang Alim, sesuai hadits Nabi sesungguhnya orang Alim itu pewarisku. Dan tentu berlaku pula bagi para Imam dalam kapasitasnya sebagai orang Alim yang memiliki jama’ah.

Hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُ جَعْفَرًا يَطِيرُ فِي الْجَنَّةِ مَعَ الْمَلَائِكَةِ

Artinya:

Dari abu hurariah dia berkata Rasulullah bersabda: “Aku melihat Ja’far (bin Abu Thalib) terbang di surga dengan malaikat. (HR : Tirmidzi, al Manaqib 3696)

Nabi menjelaskan bahwa beliau melihat Ja’far (bin Abu Thalib) terbang di Surga bersama Malaikat, Jelas hal ini merupakan kemampuan Ilmu Yaqin. Kemampuan ini juga pasti dimiliki oleh orang Alim sebagai pewaris Nabi dan juga para Imam sebagai orang Alim yang memiliki pengikut. Perhatikan kalimat “”Aku melihat Ja’far (bin Abu Thalib) terbang di surga dengan malaikat”.

Hadits :

عَنْهَا قَالَتْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَنْظُرُ إِلَى شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ قَدْ فَرُّوا مِنْ عُمَر

Artinya :

“Sesungguhnya aku melihat setan-setan manusia dan jin telah benar-benar lari dari Umar”. (HR : Tirmidzi Al Manaqib 3624 dari A’isyah, Al Jami’us Shaghier 2, hal. 171)

Didalam hadits ini Rasulullah menjelaskan bahwa beliau melihat setan jin dan setan manusia lari ketakutan terhadap Umar sahabat beliau. Hal ini adalah bahagian Ilmu Yaqin yang dimiliki Nabi yang juga diwarisi orang Alim sebagai pewaris Nabi, juga termasuk para Imam sebagai orang Alim yang memiliki pengikut. Perhatikan Kalimat “Sesungguhnya aku melihat setan-setan manusia dan jin telah benar-benar lari dari Umar”

  • Memiliki Ilmu Laduni

Qs : Al Kahfi ayat 65

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ ءَاتَيْنَٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا

Artinya :

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

Pada ayat ini didapatkan pelajaran bahwa Allah memiliki Ilmu yang disebut Ilmu Laduni. Ilmu Laduni tersebut diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Pada ayat ini pemilik Ilmu Laduni adalah Khidir As. Perhatikan kalimat “Dan yang telah kami ajarkan kepadanya Ilmu dari sisi kami”.

Ilmu Laduni atau Laduna Ilma berisi pelajaran-pelajaran rahasia Ilmu ma’rifat yaitu Ilmu jalan kewalian. Ilmu ini bukan hanya dimiliki oleh Khidir As, semua orang bertaqwa pasti memilikinya. Demikian juga berlaku bagi para Imam yaitu orang Alim yang memiliki pengikut.

Perhatikan surat Al Baqarah ayat 282 khusus pada kalimat “Allah mengajarmu”.

Qs : Al Baqarah ayat 282

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya:

Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

  • Mampu Menta’wil Mimpi

Qs : Yusuf ayat 6

وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Baca juga beritanya  Dinilai Diskriminasi Terhadap LSM, DPD KAMPUD Lampung Timur Kecam Kebijakan Bupati Dawam Raharjo

Artinya :

“Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta`bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya ni`mat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya`qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan ni`mat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Qs : Yusuf ayat 21

وَقَالَ الَّذِي اشْتَرَاهُ مِن مِّصْرَ لِامْرَأَتِهِ أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَى أَن يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُ مِن تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya :

“Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya : “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak”. Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (mesir), dan agar kami ajarkan kepadanya ta’bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.

Dua ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa Allah mengajar ta’bir atau ta’wil mimpi kepada Nabi Yusuf. Bahwa orang Alim adalah pengganti dan pewaris para Nabi. Perhatikan hadits ini :

Hadits :

الُعلَمَاءُ مَصَاِبِيْحَ اْلَارْضِ وَخُلَفَاءُ اْلَا ِْبيَاءِ َوَوَرثَتِي وَوَََرَثةِ الْاَنْبِيَاءِ

Artinya :

“Para ulama adalah pelita-pelita bumi, pengganti para Nabi, pewarisku, dan pewaris para Nabi”. (HR : Ibnu ‘Adi dari Ali, Al Jami’us-Shaghier 3, hal. 510)

Jadi jelas kemampuan menta’wil mimpi juga dimiliki orang Alim sebagai pewaris Nabi, termasuk para Imam sebagai Alim yang memiliki pengikut.

  • Memiliki Sunnah

Hadits :

ا لسُّنَّةُ سُنَّتَانِ : مِنْ نَبِي وَ مِنْ أِمَامٍ عَادِ ِلٍ

Artinya :

Sunah ada dua macam , yaitu dari seorang Nabi dan seorang Imam yang adil. (HR : Dailami dari Ibnu Abas, Al Jami’us Shaghier 3 hal. 249)

Hadits ini menjelaskan bahwa seorang Imam berhak menentukan atau membuat Sunnah. Perlu diketahui bahwa Sunnah ada 2 (dua). Dalam hal ini Sunnah Nabi dan Sunnah para Imam, perhatikan kalimat “Sunah ada dua macam , yaitu dari seorang Nabi dan seorang Imam yang adil”.

Perlu dijelaskan sunnah Nabi pasti sejalan dengan Sunnatulah dan Sunnah seorang Imam pasti sejalan dengan Sunnah Nabi.

  • Memiliki Firasat

Hadits :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقُوا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُورِ اللَّهِ ثُمَّ قَرَأَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ

Artinya :

Dari abu Said al Khudri dia berkata Rasulullah bersabda: “Takutlah kamu dengan firasat orang mukmin, karena sesungguhnya dia melihat dengan nur Allah, lalu beliau membaca (QS 15:75) : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (Tirmidzi, kitab tafsir Qur’an, 3052)

Hadits :

َ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْذَرُُوا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُورِ اللَّهِ وَيَنْطِقُ بِتَوْفِيْقِ اللّهِ

Artinya :

“Hati-hatilah terhadap firasat orang mukmin, karena sesungguhnya dia memandang dengan cahaya Allah dan berkata dengan pertolongan Allah.” (HR : Ibnu Jarir dari Tsauban, Al Jami’us Shaghier 1, hal. 94)

Hadits :

إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ فِرَاسَةً وَإِنَّمَا يَعْرِفُهَا الأَشْرَافُ

Artinya :

“Sesungguhnya setiap kaum mempunyai firasat, dan sesungguhnya ia hanya diketahui oleh orang-orang yang terhormat.” (Shahih, R. Haakim dari Urwah, Al Jamius Shaghier 2, hal. 118)

Didalam hadits ini mengandung ajaran bahwa orang Mu’min memiliki firasat dan sesungguhnya firasat itu datangnya dari Nur Allah. Perhatikan kalimat “takutlah kamu dengan firasat orang mukmin, karena sesungguhnya dia melihat dengan nur Allah”.

Adapun yang dimaksud Nur Allah adalah Nurul Ilmi atau cahaya Ilmu. Perlu dijelaskan hakekat Ilmu adalah Nur Al Qur’an yang diturunkan Malaikat Jibril dengan seijin Allah kedalam dada orang-orang yang diberi Ilmu. Perhatikan surat Al Ankabut ayat 49

Qs : Al Ankabut ayat 49

بَلْ هُوَ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ فِى صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَّا ٱلظَّٰلِمُونَ

Artinya :

Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.

Maka menjadi jelas firasat yang dimiliki orang Alim atau orang yang benar-benar beriman yaitu Mukmin berasal dari Nur Allah yaitu Nurul Al Qur’an yang berfungsi sebagai Ilmi didalam dada orang Alim. Maka para Imam yang adalah orang Mukmin dan juga orang Alim pasti memiliki apa yang disebut firasat.

Hadits tersebut diatas juga menjelaskan firasat itu dimiliki oleh orang yang terhormat, siapakah yang dimaksud orang terhormat itu jawabannya perhatikan Hadits tersebut dibawah ini :

Hadits :

اِنَّ مِنْ أِكْرامِ جَلاَلِ اللّهِ عَزَ وَجَلَّ أِكْرَمِ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَ حَامِلِ الْقُرْأَنِ والْْْأِمَامِ الْعاَد ِلِ

Artinya :

“Sesungguhnya diantara penghormatan keagungan Allah Azza Wajalla adalah menghormati orang tua muslim dan yang hafal qur’an dan Imam yang adil. (HR : Dailami 1/807 dan Ibnu Saad dan Kharaithi dari Buraidah Al Asylami)

Hadsits

عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ قَالَ دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ عَلَى امْرَأَةٍ مِنْ أَحْمَسَ يُقَالُ لَهَا زَيْنَبُ قَالَتْ وَمَا الْأَئِمَّةُ قَالَ أَمَا كَانَ لِقَوْمِكِ رُؤَسَاءُ وَأَشْرَافٌ يَأْمُرُونَهُمْ فَيُطِيعُونَهُمْ قَالَتْ بَلَى قَالَ فَهُمْ مِثْلُ أُولَئِكَ عَلَى النَّاسِ

Artinya :

Dari Qais ibn Abi Hazm, dia berkata: Abu Bakar masuk di tempat seorang wanita ditanya seorang wanita dari Ahmas yang dikenal dengan nama Zainab : …, Apakah Imam-imam itu? Abu Bakar menjawab : para pemimpin dan orang terhormat yang telah ada dikaummu, Dia/Pemimpin/orang terhormat itu menyuruh mereka, lalu mereka mentaatinya. Wanita itu berkata : Betul. Maka Abu Bakar berkata : Mereka seakan-akan orang-orang diatas manusia (HR : Ad Darimi kitab Muqaddimah no, 214 bab fi karahiyati akhaza al-ra’yi)

Atsar sahabat ini menjelaskan siapa yang dimaksud orang yang terhormat jawabannya adalah Imam. Perhatikan kalimat “Apakah Imam-imam itu? Abu Bakar menjawab : para pemimpin dan orang terhormat ”.

Hadits :

إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى عِبَادًا يَعْرِفُوْنَ النَّاسَ بِالتَّوَسُّمِِ

Artinya :

“Sesungguhnya Allah swt mempunyai hamba-hamba yang mengetahui keadaan orang-orang dengan firasat”. (HR : hakim dan Bazzar dari Anas, Al Jami’us Shaghier 2, hal. 92)

Hadits ini mengajarkan bahwa ada diantara hamba-hamba Allah yang memiliki firasat yang dengan firasat tersebut ia dapat mengetahui keadaan pribadi seorang manusia. Perhatikan kalimat “Sesungguhnya Allah swt mempunyai hamba-hamba yang mengetahui keadaan orang-orang dengan firasat”

Penulis: Talia
  • Bagikan