Merajut Adat Dan Ilmu Penguatan Kesadaran Di Iklim Aceh Tamiang

  • Bagikan

Berasnews.net – Aceh Tamiang
Dalam upaya menggali memori kolektif masyarakat dan meningkatkan kesadaran iklim melalui penguatan budaya, tim peneliti yang diketuai oleh Dr. Mufti Riani.,S.Pd.,M.Pd menyelenggarakan kegiatan focus Group diskusi (FGD) di aula pucok suloh, kantor sekretariat majelis adat Aceh (MAA) Kabupaten Aceh Tamiang Kamis 29-08-2024.

Penelitian ini berada di skema penelitian fundamental yang didanai oleh kementerian pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dengan judul “Memori kolektif Green History dan Ekologi Budaya untuk penguatan kesadaran Iklim”.

Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa tokoh dan perwakilan penting termasuk Ketua Majelis Adat Aceh Tamiang, Majelis Adat Budaya Melayu Tamiang, serta perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Forum Konservasi Loser serta para Datuk Mukim dari wilayah hulu dan hilir.

Tim peneliti terdiri dari
– Rapita Aprilia, S.Pd.,M.Pd dari Prodi pendidikan guru sekolah dasar
– Dr indriati., S.Pd.,M.Pd, dari Universitas Samudra Langsa
– Profesor Dr. Wasno.,M.Hum dan
– Ferani Mulia Ningsih.,S.Pd., M.Pd. Dari universitas Negeri Semarang.

Dalam kesempatan tersebut Ketua Majelis Adat Aceh Tamiang Drs Djuned Thahir, menekankan pentingnya filosofi ” Sebedik Adat ” yang dipegang Teguh oleh masyarakat Tamiang ” Sebedik Adat dengan syara’ adat dipangku Sara’ dijunjung resam dijalin Qanun diatur duduk setikar, mengajarkan kepada kita bahwa adat dan ajaran Islam tidak dapat dipisahkan, keduanya adalah satu kesatuan yang saling menguatkan, terutama dalam menjaga kelestarian lingkungan dan memperkuat kesadaran pentingnya menjaga alam, Hal ini dapat digali dari berbagai ayat Alquran”, ujarnya.

Baca juga beritanya  Tingkatkan Keselamatan Dan Keamanan Berlalu Lintas, Sat Lantas Polres Bener Meriah Laksanakan Strong Point

Ketua MAA juga mengutip salah satu petuah nenek moyang yang berbunyi” engkau tanamlah manye saje yang bermanfaat untuk anak cucumu kelak”

Menurut saya petuah Ini mengandung makna mendalam yang relevan dalam konteks perubahan iklim saat ini, di mana generasi muda harus menyadari alam merupakan warisan yang harus dijaga demi kelangsungan hidup di masa depan”, terangnya.

Di lain pihak, Muntasir Wan Diman selaku penghulu adat dari Majelis Adat Budaya Melayu Tamiang (MABMETA) menyoroti peran sentral struktur adat dalam pengelolaan ekosistem alam, Datuk mungkin bersama para Datuk penghulu dapat menghidupkan perilaku dan prosesi adat yang berbasis masyarakat.

Baca juga beritanya  Kapolres Bener Meriah Gelar Jumat Curhat Di Halaman Masjid Baburrahmah Batin Wih Pongas, Kecamatan Bukit.

Kabid Kebudayaan dari Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Aceh Tamiang menyampaikan bahwa upaya mengintegrasikan kearifan lokal telah dilakukan melalui kurikulum adat budaya Tamiang, Namun demikian memori kolektif terkait Green history dan ekologi budaya di Aceh Tamiang dapat disesuaikan dengan capaian pembelajaran yang baru dan dikembangkan sebagai bahan ajar penguatan kesadaran iklim, Oleh sebab itu dinas pendidikan menanti hasil dan siap berkolaborasi dalam diseminasi nya.

Terkait putusan kebijakan dan aktivitas manusia di masa lalu mempengaruhi lingkungan serta bagaimana perubahan lingkungan mempengaruhi masyarakat di Tamiang, banyak di paparkan oleh selaku perwakilan dan forum konservasi loser.

Ia mencontohkan banjir bandang Tamiang tahun 2006 merupakan tragedi yang menumbuhkan kesadaran terhadap rusaknya ekosistem loser, pihaknya juga menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor dalam upaya ini.

Dr. Mufti Riyani selaku ketua tim peneliti, dalam paparannya menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam lagi bagai mana memori kolektif masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk memperkuat kesadaran iklim ” kami percaya bahwa sejarah lingkungan dan ekologi budaya yang tertanam dalam memori kolektif masyarakat Tamiang dapat menjadi landasan kuat untuk pengembangan program-program kesadaran iklim yang lebih efektif dan sesuai dengan nilai-nilai lokal” ungkap Dr Mufti

Baca juga beritanya  Melalui Karya Bakti Satgas Pamtas Statis RI-PNG Yonif 111/KB Bersama Masyarakat Bangun Rumah Bunda Maria

Sementara itu Prof Dr Wasino M. Hum dari Universitas Negeri Semarang yang juga merupakan Mitra Dalam penelitian ini, menambahkan bahwa kolektif memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan” memori kolektif tidak Hanya mengingatkan kita pada masa lalu, tetapi juga membimbing kita membuat keputusan untuk masa depan.

Dalam konteks ini, ekologi budaya dapat menjadi kunci untuk membangun kesadaran iklim yang berkelanjutan” jelas Prof. Wisono.

Kegiatan FGD ini menghasilkan berbagai pandangan dan masukan yang akan menjadi bagian dari integraf dari penelitian, partisipasi aktif para hadirin, terutama dari berbagai instansi dan komunitas adat menunjukkan bahwa isu perubahan iklim dan pelestarian lingkungan merupakan perhatian bersama yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam upaya penguatan kesadaran iklim di kalangan masyarakat, dengan mengedepankan nilai-nilai adat dan sejarah lokal sebagai landasan untuk membangun program-program yang relevan dan berkelanjutan’. Pungkas Prof Wisono.

Wartawan Wiwin Hendra

  • Bagikan