Kuala Simpang | Brasnews.net — Pemerintah Korea Selatan tertarik ikut merawat tanaman mangrove di sepanjang pesisir Aceh Tamiang.
Program ini sejalan dengan kebijakan Pemkab Aceh Tamiang yang telah membentuk tim inovasi perencanaan pengembangan kawasan pesisir (TIPPKP).
Ketertarikan Korea Selatan ini ditunjukkan dengan mengirim utusan pemerintah, Kyungseok Kang ke Aceh Tamiang pada Jumat (22/3/2024) kemarin.
Kang didampingi sejumlah pihak, di antaranya tim riset Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Forest for Life Indonesia.
“Ini kunjungan kedua, kedatangan kali ini mereka ingin memastikan legalitas dan kemampuan SDM lembaga pendamping,” kata Sekretaris Bappeda Aceh Tamiang, Muhammad Yani, Senin (25/3/2024).
Muhammad Yani yang juga Ketua Aksi TIPPKP mengungkapkan dirinya sempat membawa Kyungseok Kang meninjau dua kawasan pesisir di Aceh Tamiang, Alurnunang dan Tanjungkeramat.
Diakuinya ketertarikan Korea Selatan sangat positif karena dapat membantu menekan angka kemiskinan ekstrem.
“Satu masalah pesisir butuh perhatian karena tingkat kemiskinan sangat tinggi, makanya kita cari alternatif berkolaborasi dengan multipihak mitra pembangunan daerah,” beber Yani.
Yani berharap kerja sama dengan Korea Selatan nanti bisa menghasilkan banyak model yang bisa menyentuh tiga aspek, ekonomi,, sosial dan lingkungan. Sejauh ini dia melihat Korea Selatan sudah sangat serius karena sudah memiliki program ekonomi yang meliputi budidaya perikanan.
“Aspek lingkungan mereka telah berbicara tentang karbon. Ini di masyarakat tidak menarik, tapi bagi dunia ini sangat penting yang bisa meningkatkan pendapatan desa, otomatis status masyarakat kita naik,” ungkapnya.
Chairman Forest for Life Indonesia, DR Hadi S Pasaribu yang ikut berkunjung ke Aceh Tamiang mengapresiasi pemerintah daerah karena sudah menunjukkan keseriusan melakukan reboisasi di sepanjang pesisir.
Dia menilai kawasan mangrove di Aceh sudah terdegradasi 50 persen, sehingga perlu penanganan serius.
“Upaya mengembalikan fungsi mangrove sangat penting, mangrove ini sebagai benteng, kemudian solusi abrasi dan polusi,” kata Hadi.
Hadi menyadari masih banyak masyarakat yang tidak menyadari besarnya manfaat mangrove terhadap perekonomian.
Makanya dia menyarankan penanganan mangrove dilakukan dua arah, sehingga masyarakat mendukung penuh.
“Tugas kita bagaimana agar masyarakat memahami fungsi mangrove, dan juga meningkatkan kesejahterana mayarakat. Sepanjang sumber daya alam hayati bisa kita kelola, kepentingan lokal dan internasionalnya akan terangkat,” jelas Hadi.
Pria asal Pematangsiantar, Sumatera Utara ini mencontohkan satu hamparan tambak tanpa mangrove hanya menghasilkan ikan 0,7 kilogram.
“Bandingkan dengan tambak yang didukung mangrove 60 persen saja, bisa naik tiga kali lipat,” ucap Hadi. (CT)