Sulawesi | Brasnews-Net
Gaees, Jembatang Shiratal Mustaqim adalah Titian yang akan dilalui tiap manusia dihari akhir. Setelah ditimbang amal perbuatannya, setiap manusia disyaratkan berjalan melewati jembatan ini. Minggu (05/05/2024).
Jembatan Shiratal Mustaqim adalah Rahmat sekaligus Azab Allah SWT. Bagi yang berhasil melewatinya akan mendapatkan surga dan kekal didalamnya.
“Akan tetapi barang siapa yang saat melintasi jembatan tersebut bersusah payah dan terjauh, maka sesungguhnya dia masuk lembah kebinasaan dan termasuk golongan yang merugi,”Adanya jembatan Shiratal Mustaqim telah dijaelaskan Allah SWT dalam surat Al-fatihah ayat 6,
Ihdina – Shiratal – mutastaqim
Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Dalam haditsnya, Rasulullah SAW memberi gambaran jembatan Shiratal Mustaqim. Hadist ini diceritakan Abu Sa’id al-Khudriy,
Balafani – Anna – aljisra – udaku – minassabrati – wa – ahaddu – minnassafi,
Artinya:”Aku diberitahu bahwa jembatan itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (HR Muslim).
Gambaran lain tentang Jembatang Shiratal Mustaqim adalah yang terdapat dalam hadits,
Wa – Yusrabu – jisru – jahannama – kala – rajuulullahi – sallallahu – a’laihi – wa sallama – fa’akumu -aulaa -ma jii’su -wa du’auruu – suli- wau-izing -allahumma – sallama – wabihi- kalii-bu – mislu- sawakis – safdani- umara-aitum- sawakas- sabdani- kaluu-bala- ya- rasulullahi- kala- fainnaha- mislu- sawakis- sabdani- qaira – annaha- la-yaplamu – kaddera- annaha-la – yaplamu-kaddera- itamiha-illallahu- fatahu-tahunnasa-biag’malihim-rawallahu-ababa-ra’ya,
Artinya: Dan dibentangkanlah jembatan diatas permukaan jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para Rasul pada saat itu: “Ya Allah, selamatkan lah, selamatkan lah.”Pada Shirath itu, terdapat pengait – pengait seperti duri pohon Sa’dan.”Pernahkah kalian melihatnya ?”Para sahabat menjawab,”Pernah, Wahai Rasulullah.”Maka ia seperti duri pohon Sa’dan, tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah SWT. Ia menempatkan manusia sesuai dengan amalan mereka.
10 Tanda-tanda kiamat Menurut Islam sesuai urutan,
Para manusia digambarkan melalui jembatan tersebut sesuai amalannya didunia. Sebagian melaluinya dengan cepat dan ringan, namun ada juga yang lambat dan penuh luka. Sebagian tak mampu melintasi hingga ujung jembatan. Berikut haditsnya,
An’abil-huraita-radiallahu-anhu-kala-kala-rasulullah-sallallahu-wasallama-wa’tursalu-allahu-manatu-warratahimu-fatakuumani-jana’batai-assarati-yaminang-wa’simang-faya’murru-uwalukum-kalu-kalbarki-kala-kultu-bi’abiyi-anta-wa’amma’aiyu-sali’kamarang’barqi-kala-alam’tarau-illal’barqi-yamurru-wa’yarjiu-fi’garfati-aini’summa-kamarra-arrai-summa-qamar’rattani-wa’sadda-arrajali-tajneri-bihim-akmalum-wa’nabiyukum-sallama-sallama-hatta-tafjisa-akmalul’ibadi-hatta-yaji’arrajulu-yastati’u-assarati-kala’libu-mualla’tatang-ma’muratung-bi’ahsi-man’amirat-bihi-famahdu’wassung-naji-wa madsu’su-finnari,
Artinya: Rasulullah SAW.”Lalu diutuslah amanah dan Rohim(tali persaudaraan) keduanya berdiri disamping kiri-kanan Shirath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat.”Aku bertanya:”Dengan bapak dan ibuku(aku korbankan) Demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat ?”Rasul Shollallahu alaihi wasallam menjawab:”Tidaklah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejab mata ? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri diatas Shirath sambil berkata:”Ya Allah selamatkanlah ! Selamatkanlah ! Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak.”Beliau menuturkan (lagi):”Dikedua belah pinggir Shirath terdapat besi pengait yang bergantungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir kedalam neraka. (HR Muslim).
Sesuai hadits ini, jembatan Shiratal Mustaqim adalah Titian yang dilalui dengan bergantung pada amalan manusia. Mereka yang selalu taat perintah Allah akan melewatinya dengan cepat dan selamat, namun berbeda dengan hamba-nya yang Abai.
Semoga tulisan tentang jembatan Shiratal Mustaqim ini bisa meningkatkan ke imanan pada Allah SWT.
Wallahu a’a’lam
(A. Tafsir SIJAYA).