Wakapolri Sampaikan Tidak Ada Instruksi Perihal Pembuatan Video Rektor Unika Semarang

  • Bagikan

MAKASSAR | Brasnews.net

Wakil Kepala Polisi Republik Indonesia (Wakapolri) Komisaris Jenderal Polisi Agus Andrianto menegaskan tidak ada instruksi, apalagi meminta rektor di sejumlah universitas dan perguruan tinggi membuat video testimoni yang mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo selama menjabat.

 

“Apa ada di sini ? Nggak ada, kita ngga ada. Tadi, sambutan saya juga biasa, kegiatan Baksos (bakti sosial di lapangan karebosi) juga saya tidak ada, menyangkut apa,” kata Wakapolri kepada awak media seusai mengikuti acara di Kampus Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (08/02/24).

 

Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri ini menyatakan bahwa “tidak benar apabila ada upaya meminta testimoni para rektor terkait dengan keberhasilan kinerja Presiden Jokowi selama masa jabatannya” terangnya.

 

Pihaknya lebih menekankan upaya “Cooling System” atau sistem pendinginan sebagai langkah preventif dalam mengantisipasi polarisasi yang bisa saja timbul karena membawa isu suku, agama, ras, dan antar golongan atau SARA selama proses Pemilu 2024.

Baca juga beritanya  Komisi III DPR RI Prihatinkan Kasus Pengancaman Wartawan di Bireuen

 

“Saya rasa, kalau untuk colling sistem memang ada program Kapolri dalam rangka cooling sistem, namun kegiatannya dalam bentuk bakti kesehatan, bakti sosial yang bisa membantu masyarakat,” papar mantan Kapolda Sumatera Utara.

 

Lanjutnya, cooling system untuk masa 2023-2024 ini bertujuan membangun narasi besar demi menciptakan persatuan dan kesatuan termasuk kemajuan bangsa di atas kepentingan kelompok tertentu, sedangkan soal instruksi itu tidak ada.

 

“Jadi, kalau untuk yang itu, sejauh ini tidak instruksi untuk mengarahkan berita itu. Tentunya pak Kapolda Sulsel juga tidak ada tugas seperti itu. hal tersebut, mungkin pengembangan yang salah pemahaman dari pelakunya, sehingga mereka melakukan. Ini baik aja gak ada,” katanya kepada awak media didampingi Kapolda Sulsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi.

 

Sebelumnya, beredar pemberitaan terkait Rektor Universitas Katolik Soegijapranata di Kota Semarang, Ferdinandus Hindarto mengungkapkan dirinya diminta seseorang yang diduga oknum aparat untuk membuat testimoni video dengan tema mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo.

Baca juga beritanya  Rayakan HUT ke 1 Media Detik Peristiwa Gelar Syukuran dan Kebersamaan

 

Dia mengatakan terduga anggota Polri itu juga mengirimkan contoh video dari beberapa pimpinan perguruan tinggi yang sudah menyampaikan testimoni serupa. Namun, kata Ferdinand, dirinya tak bisa memenuhi permintaan orang yang mengaku dari Polrestabes Semarang itu.

 

“Terkait dengan orang yang meminta saya membuat pernyataan tersebut, saya menghormati yang bersangkutan karena menjalankan tugas yang diberikan atasan, namun kami tidak dapat memenuhinya,” ujar Ferdinand saat dikonfirmasi, Selasa (6/2).

 

Lebih lanjut, Ferdinand menyampaikan tidak ada penyebutan bahwa permintaan video yang disampaikan anggota Polrestabes Semarang untuk menandingi petisi dari sejumlah kampus belakangan mengkritik Jokowi.

 

“Kontennya seperti contoh video-video yang dikirimkan kepada saya. Saya tolak. Kemudian, anggota itu masih meminta untuk membuat pernyataan, saya tolak juga “, kata Ferdinand.

 

Senada, Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Masrukhi juga mengaku diminta pihak kepolisian membuat video testimoni bernarasi positif dengan tujuan pemilu 2024 berlangsung damai.

Baca juga beritanya  PSKBI Mantapkan Langkah Sebagai Penjaga Budaya Nusantara di Banten Banten Agustus 31, 2024

 

Masrukhi mengatakan ia mulanya dihubungi oleh pihak Polrestabes Semarang pada Sabtu (3/2) yang memintanya membuat video tentang pemilu damai. Dirinya yang kala itu sedang berada di Jakarta pun mengiyakan permintaan tersebut.

 

“Iya (dihubungi Polrestabes Semarang), teman saya sendiri,” kata Masrukhi saat dihubungi, Selasa (6/2).

 

Sebelumnya, Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD mengungkap muncul berbagai operasi mendekati rektor sejumlah perguruan tinggi agar menyuarakan narasi positif Jokowi. Menurut Mahfud, operasi intervensi ini untuk menekan para rektor perguruan tinggi yang belum menyatakan sikap kritis terhadap pemerintahan Jokowi.

 

“Muncul sejumlah operasi mendekati rektor-rektor yang belum mengemukakan pendapatnya, belum berkumpul untuk deklarasi, mereka ini diminta untuk menyatakan sikap yang berbeda. Sikap yang berbeda didatangi mereka untuk menyatakan bahwa Presiden Jokowi baik, pemilu baik, penanganan Covid terbaik,” kata Mahfud dalam acara Tabrak Prof! di sebuah cafe daerah Seturan, Sleman, DIY, Senin (5/2) malam.

  • Bagikan