Aceh Utara | Brasnews.net
Saipullah warga desa Blang Pante kecamatan paya bakong – Aceh Utara patut diduga sebagai mafia tanah di wilayah kampung Simpur, Mesidah kab. Bener meriah, yang sebagian wilayah itu akan di bangun waduk
Dikutip dari keterangan para penggarap hendaknya aparat penegak hukum ( APH ) jangan hanya diam saja dan harus berani mengusut bahkan tangkap saipullah bin junet sebagai mafia tanah yang telah mendapat ratusan juta rupiah dari tanah garap kampung Simpur
Sebagai penggarap di kampung Simpur wan maneh mengatakan” saipullah melakukan persekongkolan membuat sporadik kepada kapala desa Rusip pada saat itu di jabat oleh Aripin pada tahun 2021, padahal bupati bener meriah saat itu bapak Sarkawi telah keluarkan surat larangan tahun 2020 untuk semua reje tidak membuat sporadik baru, tapi karena Aripin seorangan reje pembangkang makanya tidak peduli larangan bupati itu” ungkap wan maneh
Selanjutnya menjelaskan ” sporadik Akal- akalan dari Aripin pada saat itu sebagai kades Rusip untuk saipullah yang diduga kuat telah ganti profesi jadi mafia tanah, seakan memiliki tanah garap 38 hektar bersama gerombolannya terletak di dusun kute panang desa Rusip kecamatan Syiah utama. Bener meriah tetapi diduga juga ada persekongkolan dengan PT brantas sehingga mendapat dana kerohiman atas tanah garap milik orang lain yang di jadikan pembangunan waduk di wilayah keureuto, Simpur kecamatan Mesidah”
” Tanah garap saipullah tidak terdampak pembangunan karena yang di bangun waduk di wilayah kampung sing Simpur Mesidah, sedangkan lahan garap milik saipullah di dusun kute panang desa Rusip kecamatan Syiah utama namun anehnya saipullah mendapat 380 juta dan mengantongi juga uang dari penjualan material batu sebesar 80 juta” wan maneh menambahkan
“Saya berharap kepada APH untuk segera tangkap para mafia tanah ini karena telah meeugikan naik pemerintahan desa Simpur maupun masyarakat penggarap yang selama ini taat untuk membayar pajaknya” tutup wan maneh
Sementara Angkaranews belum menghubungi saipullah bin junet yang di tuding para penggarap sebagai mafia tanah itu karena keterbatasan komunikasi.(Samsul)
Sumber : Angkaranews.com