7 Pekerja Tambang di Tembak Mati KST, Evakuasi Diganggu Rentetan Tembakan

  • Bagikan

Brasnews.net | Papua

Kelompok separatis teroris (KST) kembali menunjukkan kesadisannya. Mereka membantai tujuh pekerja tambang tradisional Senin (16/10).

Aksi kejam itu dilakukan KST pimpinan Egianus Kogeya. Sesuai kronologi kejadian dari Polda Papua dan Satgas Damai Cartenz, penyerangan dilakukan KST terhadap pekerja tambang emas tradisional di Kali I, Kampung Mosum II, Distrik Samboga, Kabupaten Yahukimo.

Penyerangan dilakukan pukul 14.30 WIT dengan korban awal lima orang meninggal. Namun, setelah dilakukan evakuasi, jumlah korban meninggal bertambah dua orang.

Kaops Damai Cartenz Kombespol Faizal Ramadhani mengatakan, KST berupaya mengganggu upaya evakuasi yang dilakukan petugas gabungan. ”Terjadi kontak tembak selama 1,5 jam dengan KST,” urainya. Setelah baku tembak berakhir, petugas berhasil mengevakuasi tujuh jenazah. Petugas juga mampu menyelamatkan 11 pekerja tambang dalam keadaan hidup.

Selain membunuh tujuh pekerja tambang, KST membakar tiga ekskavator, dua truk, dan satu kamp penambangan. ”Kami masih kejar pelaku,” terangnya.

Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri mengatakan, petugas akan menindak tegas semua anggota KST yang mengganggu keamanan. Menjelang Pemilu 2024, dia akan mengerahkan semua anggotanya untuk meningkatkan keamanan.

Sementara itu, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III Letjen TNI Richard T.H. Tampubolon menegaskan, TNI dan Polri tidak akan berhenti mengejar KST. ”TNI-Polri berkomitmen untuk mewujudkan Papua yang aman dan damai melalui penegakan hukum secara tegas dan terukur,” kata dia.

Richard mengatakan, gangguan terhadap orang asli Papua (OAP) masih kerap terjadi. Para pelaku bahkan tidak peduli lagi terhadap korban. Buktinya, perempuan dan anak sering menjadi sasaran.

Selain penembakan, belum lama ini terjadi penganiayaan berat terhadap dua perempuan. Mereka dilukai lantaran melawan ketika hendak dirudapaksa. Satu di antara dua korban akhirnya meninggal. ”Bagaimana mungkin atas nama memperjuangkan kepentingan masyarakat OAP kalau kerjanya menganiaya, memerkosa, dan membunuh secara sadis,” ujarnya.

Richard berharap seluruh masyarakat Papua membantu menjaga stabilitas keamanan di daerah tempat tinggal mereka.(*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *